Huang Family Community

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

    Rasa Bersalah dan Pengampunan

    JHeasyOrie
    JHeasyOrie
    Newbie
    Newbie


    Jumlah posting : 8
    Reputation : 3
    Join date : 02.02.10
    Age : 35
    Lokasi : Medan

    Rasa Bersalah dan Pengampunan Empty Rasa Bersalah dan Pengampunan

    Post  JHeasyOrie Wed Feb 03, 2010 12:21 pm

    ADa seorang perempuan yang merasa tersiksa dengan perasaan bersalah datang untuk menemui seorang biksu si salah satu vihara di Perth. Enam bulan sebelumnya, sang perempuan yang bekerja di sebuah pertambangan terpencil di bagian utara Australia BArat. Pekerjaan disana berat, tetapi banyak duitnya. Hanya saja tak banyak yang dilakukan di luar jam kerja. Jadi pada suatu Minggu siang, dia mengajak sahabat dan pacar sahabatnya untuk berpergian naik mobil ke padang rumput. Sahabatnya tidak ingin pergi, demikian juga pacarnya. Jadi dia membujuk, berkilah, dan merengek sampai akhirnya mereka menyerah dan bersedia pergi bersama-sama.

    Lalu terjadilah kecelakaan!! Mobil tergelincir di jalan berbatu yang longsor. Sahabatnya tewas: Pacar sahabatnya jadi lumpuh. Itu adalah gagasannya, tetapi dia sendiri selamat.

    Dia bercerita kepada sang biksu dengan duka di matanya, “ kalau saja saya tidak memaksa mereka untuk pergi, sahabat saya pasti masih hidup, dan pacarnya tidak akan kehilangan kaki. Seharusnya saya tidak mengajak mereka pergi dengan saya. Saya merasa ngeri sekali, saya merasa sangat bersalah.”

    Pikiran pertama yang melintas di benak sang biksu adalah untuk menenangkannya bahwa itu adalah semua bukan salahnya. Dia tak merencanakan untuk mengalami kecelakaan itu. Dia tidak menyakiti sahabatnya. Semuanya sudah terjadi. Biarlah berlalu. Jangan merasa bersalah, Namun, pikiran berikutnya yang melintas adalah, “ berani taruhan dia pasti sudah mendengar nasihat semacam itu, ratusan kali dan agaknya tidak mempan.” Jadi, sang biksu diam sejenak, merenungkan situasinya lebih dalam lalu dia berkata,” bagus juga kalau kamu merasa bersalah”.

    Kemudian si perempuan yang wajahnya bersedih lalu berubah menjadi terkejut.dan dari terkejut menjadi lega. Dia belum pernah mendengar perkataan seperti ini sebelumnya. Bahwa dia semestinya merasa bersalah.. Sang biksu berpikir, dia merasa benar, si perempuan merasa bersalah akan perasaan bersalahnya, dan setiap orang bilang bahwa dia tidak boleh merasa bersalah. Karena itu, “dua kali bersalah” merasa bersalah karena kecelakaan itu, dan merasa bersalah atas perasaan bersalahnya, begitulah cara kerja pikiran yang rumit.

    Hanya ketika kita telah mengatasi lapisan pertama perasaan bersalahnya dan menegaskan bahwa tak apa-apa kalau dia merasa bersalah, barulah kita bisa melanjutkan ke tahap berikut pemecahan masalahnya,” Lalu sekarang bagaimana?”

    Pepatah buddhis mengatakan ,” Daripada mengeluhkan kegelapan, Lebih baik menyalakan lilin.”

    Selalu ada sesuatu yang bisa kita perbuat alih alih merasa kesel sekalipun hanya duduk diam sejenak, tanpa mengeluh, Perasaan bersalah pada hakikatnya berbeda dengan penyesalan. Di dalam kebudayaan kita, bersalah adalah keputusan yang diketokpalukan oleh hakim di pengadilan. Dan jika tak ada seorang pun yang menghukum kita, kita akan menghukum diri kita sendiri, dengan satu cara dan lain cara. Perasaan bersalah berarti hukuman di dalam batin kita.

    Kemudian sang biksu memberikan saran kepada si perempuan agar menjadi relawan di sebuah unit rehabilitasi korban kecelakaan lalu lintas di rumah sakit setempat. Karena disana dia akan dapar menanggalkan rasa bersalahnya dengan bekerja keras, dan juga seperti yang biasanya terjadi pada pekerjaan sukarela, dia akan sangat terbantu oleh orang-orang yang dibantunya.

      Waktu sekarang Fri May 17, 2024 10:51 am