Huang Family Community

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

2 posters

    JANGAN NGAMBEK TERLALU LAMA

    josse_harlin
    josse_harlin
    Admin
    Admin


    Jumlah posting : 23
    Reputation : 1
    Join date : 30.01.10
    Age : 34

    JANGAN NGAMBEK TERLALU LAMA Empty JANGAN NGAMBEK TERLALU LAMA

    Post  josse_harlin Sun Jan 31, 2010 2:26 pm

    Bagi yg sudah pernah baca, luangkan waktu untuk baca sekali lagi
    Ini adalah cerita sebenarnya ( diceritakan oleh Lu Di dan di edit oleh Lian Shu Xiang )


    Sebuah salah pengertian yg mengakibatkan kehancuran sebuah rumah
    tangga.Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan sudah terbuka,tetapi
    segalanya sudah terlambat.
    Membawa nenek utk tinggal bersama
    menghabiskan masa tuanya bersama kami, malah telah menghianati ikrar
    cinta yg telah kami buat selama ini,setelah 2 tahun menikah, saya dan
    suami setuju menjemput nenek di kampung utk tinggal bersama .

    Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya, dia adalah satu-satunya
    harapan nenek, nenek pula yg membesarkannya dan menyekolahkan dia hingga
    tamat kuliah.
    Saya terus mengangguk tanda setuju, kami segera menyiapkan sebuah kamar
    yg menghadap taman untuk nenek, agar dia dapat berjemur, menanam bunga
    dan sebagainya. Suami berdiri didepan kamar yg sangat kaya dgn sinar
    matahari,tidak sepatah katapun yg terucap tiba-tiba saja dia mengangkat
    saya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film India dan berkata
    :"Mari,kita jemput nenek di kampung".


    Suami berbadan tinggi besar, aku suka sekali menyandarkan kepalaku ke
    dadanya yg bidang, ada suatu perasaan nyaman dan aman disana. Aku
    seperti sebuah boneka kecil yg kapan saja bisa diangkat dan dimasukan
    kedalam kantongnya.. Kalau terjadi selisih paham diantara kami, dia suka
    tiba-tiba mengangkatku tinggi-tinggi diatas kepalanya dan diputar-putar
    sampai aku berteriak ketakutan baru diturunkan..Aku sungguh menikmati
    saat-saat seperti itu.

    Kebiasaan nenek di kampung tidak berubah. Aku suka sekali menghias rumah
    dengan bunga segar, sampai akhirnya nenek tidak tahan lagi dan berkata
    kepada suami:"Istri kamu hidup foya-foya, buat apa beli bunga? Kan bunga
    tidak bisa dimakan?" Aku menjelaskannya kepada nenek:"Ibu, rumah dengan
    bunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati lebih
    gembira."Nenek berlalu sambil mendumel, suamiku berkata sambil tertawa:
    "Ibu, ini kebiasaan orang kota , lambat laun ibu akan terbiasa juga."

    Nenek tidak protes lagi, tetapi setiap kali melihatku pulang sambil
    membawa bunga,dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya berapa harga
    bunga itu, setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambil
    menggeleng-gelengkan kepala. Setiap membawa pulang barang belanjaan,dia
    selalu tanya itu berapa harganya ,ini berapa.Setiap aku jawab, dia
    selalu berdecak dengan suara keras.Suamiku memencet hidungku sambil
    berkata:"Putriku, kan kamu bisa berbohong.Jangan katakan harga yang
    sebenarnya." Lambat laun, keharmonisan dalam rumah tanggaku mulai terusik.

    Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi menyiapkan
    sarapan pagi untuk dia sendiri, di mata nenek seorang anak laki-laki
    masuk ke dapur adalah hal yang sangat memalukan. Di meja makan, wajah
    nenek selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya. Nenek
    selalu membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dan
    sendok, itulah cara dia protes.

    Aku adalah instrukstur tari, seharian terus menari membuat badanku
    sangat letih, aku tidak ingin membuang waktu istirahatku dengan bangun
    pagi apalagi disaat musim dingin. Nenek kadang juga suka membantuku di
    dapur, tetapi makin dibantu aku menjadi semakin repot, misalnya; dia
    suka menyimpan semua kantong-kantong bekas belanjaan, dikumpulkan bisa
    untuk dijual katanya.Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan kantong
    plastik, dimana-mana terlihat kantong plastik besar tempat semua
    kumpulan kantong plastik.

    Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tidak menggunakan cairan
    pencuci, agar supaya dia tidak tersinggung, aku selalu mencucinya sekali
    lagi pada saat dia sudah tidur..Suatu hari, nenek mendapati aku sedang
    mencuci piring malam harinya, dia segera masuk ke kamar sambil membanting
    pintu dan menangis.Suamiku jadi serba salah, malam itu kami tidur
    seperti orang bisu, aku coba bermanja-manja dengan dia, tetapi dia tidak
    perduli. Aku menjadi kecewa dan marah."Apa salahku?" Dia melotot sambil
    berkata:"Kenapa tidak kamu biarkan saja? Apakah memakan dengan pring itu
    bisa membuatmu mati?"

    Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg cukup lama, suasana
    menjadi kaku. Suamiku menjadi sangat kikuk, tidak tahu harus berpihak
    pada siapa? Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur, setiap
    pagi dia selalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya, suatu
    kebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan dengan
    lahap, dengan sinar mata yang seakan mencemoohku sewaktu melihat padaku,
    seakan berkata dimana tanggung jawabmu sebagai seorang istri?
    Demi menjaga suasana pagi hari tidak terganggu, aku selalu membeli
    makanan diluar pada saat berangkat kerja. Saat tidur, suami berkata:"Lu
    di, apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih sehingga
    kamu tidak pernah makan di rumah?" sambil memunggungiku dia berkata
    tanpa menghiraukan air mata yg mengalir di kedua belah pipiku.Dan dia
    akhirnya berkata:"Anggaplah ini sebuah permintaanku, makanlah bersama
    kami setiap pagi."Aku mengiyakannya dan kembali ke meja makan yg serba
    canggung itu.

    Pagi itu nenek memasak bubur, kami sedang makan dan tiba-tiba ada suatu
    perasaan yg sangat mual menimpaku, seakan-akan isi perut mau keluar
    semua.Aku menahannya sambil berlari ke kamar mandi, sampai disana aku
    segera mengeluarkan semua isi perut. Setelah agak reda, aku melihat
    suamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan memandangku dengan sinar
    mata yg tajam, diluar sana terdengar suara tangisan nenek dan
    berkata-kata dengan bahasa daerahnya. Aku terdiam dan terbengong tanpa
    bisa berkata-kata. Sungguh bukan sengaja aku berbuat demikian!.
    Pertama kali dalam perkawinanku, aku bertengkar hebat dengan suamiku,
    nenek melihat kami dengan mata merah dan berjalan menjauh……suamiku
    segera mengejarnya keluar rumah.

    Menyambut anggota baru tetapi dibayar dengan nyawa nenek.
    Selama 3 hari suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak juga meneleponku.
    Aku sangat kecewa, semenjak kedatangan nenek di rumah ini, aku sudah
    banyak mengalah, mau bagaimana lagi? Entah kenapa aku selalu merasa mual
    dan kehilangan nafsu makan ditambah lagi dengan keadaan rumahku yang
    kacau, sungguh sangat menyebalkan. Akhirnya teman sekerjaku berkata:"Lu
    Di, sebaiknya kamu periksa ke dokter."Hasil pemeriksaan menyatakan aku
    sedang hamil. Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagi itu. Sebuah
    berita gembira yg terselip juga kesedihan. Mengapa suami dan nenek
    sebagai orang yg berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu?

    Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku, 3 hari tidak bertemu dia
    berubah drastis, muka kusut kurang tidur, aku ingin segera berlalu
    tetapi rasa iba membuatku tertegun dan memanggilnya. Dia melihat ke
    arahku tetapi seakan akan tidak mengenaliku lagi, pandangan matanya
    penuh dengan kebencian dan itu melukaiku. Aku berkata pada diriku
    sendiri, jangan lagi melihatnya dan segera memanggil taksi. Padahal aku
    ingin memberitahunya bahwa kami akan segera memiliki seorang anak. Dan
    berharap aku akan diangkatnya tinggi-tinggi dan diputar-putar sampai aku
    minta ampun tetapi..... mimpiku tidak menjadi kenyataan. Didalam taksi
    air mataku mengalir dengan deras. Mengapa kesalah pahaman ini berakibat
    sangat buruk?

    Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan peristiwa tadi,
    memikirkan sinar matanya yg penuh dengan kebencian, aku menangis dengan
    sedihnya. Tengah malam,aku mendengar suara orang membuka laci, aku
    menyalakan lampu dan melihat dia dgn wajah berlinang air mata sedang
    mengambil uang dan buku tabungannya. Aku nenatapnya dengan dingin tanpa
    berkata-kata. Dia seperti tidak melihatku saja dan segera berlalu.
    Sepertinya dia sudah memutuskan utk meninggalkan aku. Sungguh lelaki yg
    sangat picik, dalam saat begini dia masih bisa membedakan antara cinta
    dengan uang. Aku tersenyum sambil menitikkan air mata.

    Aku tidak masuk kerja keesokan harinya, aku ingin secepatnya membereskan
    masalah ini, aku akan membicarakan semua masalah ini dan pergi
    mencarinya di kantornya.Di kantornya aku bertemu dengan seketarisnya yg
    melihatku dengan wajah bingung."Ibunya pak direktur baru saja mengalami
    kecelakaan lalu lintas dan sedang berada di rumah sakit. Mulutku terbuka
    lebar.Aku segera menuju rumah sakit dan saat menemukannya, nenek sudah
    meninggal. Suamiku tidak pernah menatapku, wajahnya kaku. Aku memandang
    jasad nenek yg terbujur kaku. Sambil menangis aku menjerit dalam
    hati:"Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?"
    Sampai selesai upacara pemakaman, suamiku tidak pernah bertegur sapa
    denganku,
    jika memandangku selalu dengan pandangan penuh dengan kebencian.

    Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain, pagi itu nenek
    berjalan ke arah terminal, rupanya dia mau kembali ke kampung. Suamiku
    mengejar sambil berlari, nenek juga berlari makin cepat sampai tidak
    melihat sebuah bus yg datang ke arahnya dengan kencang. Aku baru
    mengerti mengapa pandangan suamiku penuh dengan kebencian. Jika aku
    tidak muntah pagi itu, jika kami tidak bertengkar,
    jika............dimatanya, akulah penyebab kematian nenek.

    Suamiku pindah ke kamar nenek, setiap malam pulang kerja dengan badan
    penuh dengan bau asap rokok dan alkohol. Aku merasa bersalah tetapi juga
    merasa harga diriku terinjak-injak. Aku ingin menjelaskan bahwa semua
    ini bukan salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera
    mempunyai anak. Tetapi melihat sinar matanya, aku tidak pernah
    menjelaskan masalah ini. Aku rela dipukul atau dimaki-maki olehnya
    walaupun ini bukan salahku. Waktu berlalu dengan sangat lambat.Kami
    hidup serumah tetapi seperti tidak mengenal satu sama lain. Dia pulang
    makin larut malam. Suasana tegang didalam rumah.

    Suatu hari, aku berjalan melewati sebuah café, melalui keremangan lampu
    dan kisi-kisi jendela, aku melihat suamiku dengan seorang wanita
    didalam. Dia sedang menyibak rambut sang gadis dengan mesra. Aku
    tertegun dan mengerti apa yg telah terjadi. Aku masuk kedalam dan
    berdiri di depan mereka sambil menatap tajam kearahnya. Aku tidak
    menangis juga tidak berkata apapun karena aku juga tidak tahu harus
    berkata apa. Sang gadis melihatku dan ke arah suamiku dan segera hendak
    berlalu. Tetapi dicegah oleh suamiku dan menatap kembali ke arahku
    dengan sinar mata yg tidak kalah tajam dariku. Suara detak jangtungku
    terasa sangat keras, setiap detak suara seperti suara menuju kematian.

    Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan mereka, jika tidak..
    mungkin aku akan jatuh bersama bayiku dihadapan mereka.
    Malam itu dia tidak pulang ke rumah. Seakan menjelaskan padaku apa yang
    telah terjadi. Sepeninggal nenek, rajutan cinta kasih kami juga
    sepertinya telah berakhir. Dia tidak kembali lagi ke rumah, kadang
    sewaktu pulang ke rumah, aku mendapati lemari seperti bekas dibongkar.
    Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang keperluannya. Aku tidak
    ingin menelepon dia walaupun kadang terbersit suatu keinginan untuk
    menjelaskan semua ini. Tetapi itu tidak terjadi........., semua berlalu
    begitu saja.

    Aku mulai hidup seorang diri, pergi check kandungan seorang diri. Setiap
    kali melihat sepasang suami istri sedang check kandungan bersama, hati
    ini serasa hancur. Teman-teman menyarankan agar aku membuang saja bayi
    ini, tetapi aku seperti orang yg sedang histeris mempertahankan
    miliknya. Hitung-hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku tidak
    bersalah.

    "Suatu hari pulang kerja,aku melihat dia duduk didepan ruang tamu.
    Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada selembar kertas diatas meja,
    tidak perlu tanya aku juga tahu surat apa itu.2 bulan hidup sendiri, aku
    sudah bisa mengontrol emosi. Sambil membuka mantel dan topi aku berkata
    kepadanya:""Tunggu sebentar, aku akan segera menanda tanganinya"".Dia
    melihatku dengan pandangan awut-awutan demikian juga aku. Aku berkata
    pada diri sendiri, jangan menangis, jangan menangis. Mata ini terasa
    sakit sekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak keluar.

    Selesai membuka mantel, aku berjalan ke arahnya dan ternyata dia
    memperhatikan perutku yg agak membuncit. Sambil duduk di kursi, aku
    menanda tangani surat itu dan menyodorkan kepadanya.""Lu Di, kamu
    hamil?"" Semenjak nenek meninggal, itulah pertama kali dia berbicara
    kepadaku. Aku tidak bisa lagi membendung air mataku yg menglir keluar
    dengan derasnya.. Aku menjawab:""Iya, tetapi tidak apa-apa. Kamu sudah
    boleh pergi"".Dia tidak pergi, dalam keremangan ruangan kami saling
    berpandangan. Perlahan-lahan dia membungkukan badannya ke tanganku, air
    matanya terasa menembus lengan bajuku.Tetapi di lubuk hatiku, semua
    sudah berlalu, banyak hal yg sudah pergi dan tidak bisa diambil kembali.
    "Entah sudah berapa kali aku mendengar dia mengucapkan kata:"Maafkan
    aku, maafkan aku". Aku pernah berpikir untuk memaafkannya tetapi tidak
    bisa. Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku lupakan. Cinta
    diantara kami telah ada sebuah luka yg menganga. Semua ini adalah sebuah
    akibat kesengajaan darinya.

    Berharap dinding es itu akan mencair, tetapi yang telah berlalu tidak
    akan pernah kembali.Hanya sewaktu memikirkan bayiku, aku bisa bertahan
    untuk terus hidup. Terhadapnya, hatiku dingin bagaikan es, tidak pernah
    menyentuh semua makanan pembelian dia, tidak menerima semua hadiah
    pemberiannya tidak juga berbicara lagi dengannya. Sejak menanda tangani
    surat itu, semua cintaku padanya sudah berlalu, harapanku telah lenyap
    tidak berbekas.

    Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku, aku segera
    berlalu ke ruang tamu, dia terpaksa kembali ke kamar nenek. Malam hari,
    terdengar suara orang mengerang dari kamar nenek tetapi aku tidak
    perduli. Itu adalah permainan dia dari dulu. Jika aku tidak perduli
    padanya, dia akan berpura-pura sakit sampai aku menghampirinya dan
    bertanya apa yang sakit. Dia lalu akan memelukku sambil tertawa
    terbahak-bahak. Dia lupa........, itu adalah dulu, saat cintaku masih
    membara, sekarang apa lagi yg aku miliki?

    Begitu seterusnya, setiap malam aku mendengar suara orang mengerang
    sampai anakku lahir. Hampir setiap hari dia selalu membeli barang-barang
    perlengkapan bayi, perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan untuk
    anak-anak. Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak dengan
    barang-barang. Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku tetapi aku tidak
    bergeming. Terpaksa dia mengurung diri dalam kamar, malam hari dari
    kamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer. Mungkin dia
    lagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku. Bagiku
    itu bukan lagi suatu masalah.

    Suatu malam di musim semi, perutku tiba-tiba terasa sangat sakit dan aku
    berteriak dengan suara yg keras. Dia segera berlari masuk ke kamar,
    sepertinya dia tidak pernah tidur. Saat inilah yg ditunggu-tunggu
    olehnya. Aku digendongnya dan berlari mencari taksi ke rumah sakit.
    Sepanjang jalan, dia mengenggam dengan erat tanganku, menghapus keringat
    dingin yg mengalir di dahiku. Sampai di rumah sakit, aku segera
    digendongnya menuju ruang bersalin. Di punggungnya yg kurus kering, aku
    terbaring dengan hangat dalam dekapannya. Sepanjang hidupku, siapa lagi
    yg mencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia?

    Sampai dipintu ruang bersalin, dia memandangku dengan tatapan penuh
    kasih sayang saat aku didorong menuju persalinan, sambil menahan sakit
    aku masih sempat tersenyum padanya. Keluar dari ruang bersalin, dia
    memandang aku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil
    tersenyum bahagia. Aku memegang tangannya, dia membalas memandangku
    dengan bahagia, tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke lantai. Aku
    berteriak histeris memanggil namanya.

    Setelah sadar, dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka matanya………aku
    pernah berpikir tidak akan lagi meneteskan sebutir air matapun untuknya,
    tetapi kenyataannya tidak demikian, aku tidak pernah merasakan sesakit
    saat ini. Kata dokter, kanker hatinya sudah sampai pada stadium
    mematikan, bisa bertahan sampai hari ini sudah merupakan sebuah
    mukjijat. Aku tanya kapankah kanker itu terdeteksi? 5 bulan yg lalu kata
    dokter, bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan terburuk. Aku tidak lagi
    perduli dengan nasehat perawat, aku segera pulang ke rumah dan ke kamar
    nenek lalu menyalakan komputer.

    Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya, aku
    masih berpikir dia sedang bersandiwara…………Sebuah surat yg sangat panjang
    ada di dalam komputer yg ditujukan kepada anak kami."Anakku, demi dirimu
    aku terus bertahan, sampai aku bisa melihatmu. Itu adalah harapanku. Aku
    tahu dalam hidup ini, kita akan menghadapi semua bentuk kebahagiaan dan
    kekecewaan, sungguh bahagia jika aku bisa melaluinya bersamamu tetapi
    ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu. Didalam komputer ini, ayah
    mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan hidup
    yg akan kamu hadapi. Kamu boleh mempertimbangkan saran ayah.
    """Anakku, selesai menulis surat ini, ayah merasa telah menemanimu hidup
    selama bertahun -tahun. Ayah sungguh bahagia. Cintailah ibumu, dia
    sungguh menderita, dia adalah orang yg paling mencintaimu dan adalah
    orang yg paling ayah cintai"".

    Mulai dari kejadian yg mungkin akan terjadi sejak TK , SD , SMP, SMA
    sampai kuliah, semua tertulis dengan lengkap didalamnya. Dia juga
    menulis sebuah surat untukku.""Kasihku, dapat menikahimu adalah hal yg
    paling bahagia aku rasakan dalam hidup ini. Maafkan salahku, maafkan aku
    tidak pernah memberitahumu tentang penyakitku. Aku tidak mau kesehatan
    bayi kita terganggu oleh karenanya. Kasihku, jika engkau menangis
    sewaktu membaca surat ini, berarti kau telah memaafkan aku. Terima kasih
    atas cintamu padaku selama ini. Hadiah-hadiah ini aku tidak punya
    kesempatan untuk memberikannya pada anak kita. Pada bungkusan hadiah
    tertulis semua tahun pemberian padanya""."

    Kembali ke rumah sakit, suamiku masih terbaring lemah. Aku menggendong
    anak kami dan membaringkannya diatas dadanya sambil berkata: "Sayang,
    bukalah matamu sebentar saja, lihatlah anak kita. Aku mau dia merasakan
    kasih sayang dan hangatnya pelukan ayahnya".Dengan susah payah dia
    membuka matanya, tersenyum..............anak itu tetap dalam dekapannya,
    dengan tangannya yg mungil memegangi tangan ayahnya yg kurus dan lemah.
    Tidak tahu aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengan kamera di
    tangan sambil berurai air mata....................

    Teman2 terkasih, aku sharing cerita ini kepada kalian, agar kita semua
    bisa menyimak pesan dari cerita ini.Mungkin saat ini air mata kalian
    sedang jatuh mengalir atau mata masih sembab sehabis menangis, ingatlah
    pesan dari cerita ini :"Jika ada sesuatu yg mengganjal di hati diantara
    kalian yg saling mengasihi, sebaiknya utarakanlah jangan simpan didalam
    hati. Siapa tau apa yg akan terjadi besok? Ada sebuah pertanyaan: Jika
    kita tahu besok adalah hari kiamat, apakah kita akan menyesali semua hal
    yg telah kita perbuat? atau apa yg telah kita ucapkan? Sebelum segalanya
    menjadi terlambat, pikirlah matang2 semua yg akan kita lakukan sebelum
    kita menyesalinya seumur hidup.
    JHeasyOrie
    JHeasyOrie
    Newbie
    Newbie


    Jumlah posting : 8
    Reputation : 3
    Join date : 02.02.10
    Age : 35
    Lokasi : Medan

    JANGAN NGAMBEK TERLALU LAMA Empty Re: JANGAN NGAMBEK TERLALU LAMA

    Post  JHeasyOrie Tue Feb 02, 2010 11:41 pm

    JANGAN NGAMBEK TERLALU LAMA 75 bagus banget ceritanya..
    josse_harlin
    josse_harlin
    Admin
    Admin


    Jumlah posting : 23
    Reputation : 1
    Join date : 30.01.10
    Age : 34

    JANGAN NGAMBEK TERLALU LAMA Empty Re: JANGAN NGAMBEK TERLALU LAMA

    Post  josse_harlin Wed Feb 03, 2010 9:19 am

    JHeasyOrie wrote:JANGAN NGAMBEK TERLALU LAMA 75 bagus banget ceritanya..



    EMOnya lucu...wkwkwkkwkw"""
    JHeasyOrie
    JHeasyOrie
    Newbie
    Newbie


    Jumlah posting : 8
    Reputation : 3
    Join date : 02.02.10
    Age : 35
    Lokasi : Medan

    JANGAN NGAMBEK TERLALU LAMA Empty Re: JANGAN NGAMBEK TERLALU LAMA

    Post  JHeasyOrie Wed Feb 03, 2010 12:40 pm

    josse_harlin wrote:
    JHeasyOrie wrote:JANGAN NGAMBEK TERLALU LAMA 75 bagus banget ceritanya..



    EMOnya lucu...wkwkwkkwkw"""

    thx~ banyak di www.laymark.com~ JANGAN NGAMBEK TERLALU LAMA M163

    Sponsored content


    JANGAN NGAMBEK TERLALU LAMA Empty Re: JANGAN NGAMBEK TERLALU LAMA

    Post  Sponsored content


      Waktu sekarang Fri May 17, 2024 11:57 am